Padang, 25 Juni 2025 — Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, memfasilitasi koneksi global namun sekaligus menghadirkan tantangan signifikan bagi kesehatan mental, khususnya terkait kepercayaan diri (self-confidence). Salah satu tantangan terbesar adalah budaya perbandingan diri (self-comparison) yang sering kali tanpa sadar memicu rasa insecure dan merusak self-confidence. Untuk memahami lebih lanjut fenomena ini dan bagaimana membangun kepercayaan diri di media sosial, yuk simak artikel berikut!


Memahami Self-Comparison dan Dampaknya

Self-comparison adalah kecenderungan individu untuk membandingkan diri dengan orang lain dalam berbagai aspek, mulai dari penampilan, pencapaian, gaya hidup, hingga indikator digital seperti jumlah likes dan followers. Meskipun dalam kadar tertentu perbandingan dapat memicu motivasi positif, praktik yang berlebihan dapat menimbulkan dampak negatif serius, antara lain:

  • Rasa tidak cukup baik: Individu merasa inferior atau tidak memenuhi standar yang ditetapkan.
  • Keraguan akan kemampuan diri: Melemahnya keyakinan terhadap potensi dan kompetensi personal.
  • Peningkatan stres, kecemasan, bahkan depresi: Beban emosional akibat perasaan tidak memadai.

Self-Confidence: Fondasi Penting untuk Bertahan

Self-confidence (Sumber: Unsplash.com)

Self-confidence atau kepercayaan diri merupakan keyakinan mendalam akan nilai, kemampuan, dan potensi diri sendiri. Memiliki self-confidence bukan berarti seseorang tanpa cacat atau kekurangan, melainkan kemampuan untuk menghargai diri apa adanya sembari terus berkomitmen untuk tumbuh dan belajar. Di tengah arus konten media sosial yang seringkali menampilkan realitas yang terdistorsi atau terlalu glamor, membangun self-confidence menjadi bentuk perlawanan terhadap tekanan untuk “menjadi seperti orang lain” dan esensial untuk kesejahteraan mental.

Cara Mengatasi Insecurity dan Membangun Kepercayaan Diri

Adapun tiga cara yang dapat diterapkan untuk mengatasi self-comparison dan membangun self-confidence di tengah budaya media sosial:

1. Sadari bahwa Setiap Orang Punya Garis Waktu Hidup yang Berbeda

Langkah awal adalah menerima bahwa setiap individu memiliki perjalanan dan garis waktu hidup yang unik. Kesuksesan, relasi, pencapaian, atau kejelasan hidup tidak datang serentak pada semua orang. Konten di media sosial seringkali hanyalah cuplikan momen tertentu, bukan representasi keseluruhan perjalanan. Fokus pada perkembangan diri sendiri dan catat pencapaian kecil harian atau mingguan sebagai pengingat akan pertumbuhan personal yang berkelanjutan.

2. Bangun Kembali Kepercayaan Diri melalui Self-Validation

Penting untuk berhenti menunggu validasi dari pihak eksternal dan mulai berlatih memberikan penghargaan pada diri sendiri. Latih self-talk positif setiap hari, mengingatkan diri bahwa kamu cukup, layak, dan berharga tanpa harus menjadi “sempurna”. Praktik seperti menulis jurnal syukur, bermeditasi, atau melakukan afirmasi positif setiap pagi dapat memperkuat fondasi self-confidence. Carilah lingkungan yang suportif—baik secara offline maupun online—yang merayakan pertumbuhan pribadi, bukan sekadar pencitraan.

3. Kurasi Konsumsi Digital dan Berani Rehat dari Media Sosial

Salah satu cara paling efektif untuk menjaga kesehatan mental adalah dengan mengontrol jenis konten yang dikonsumsi. Jika ada akun yang secara konsisten memicu perasaan tidak cukup, jangan ragu untuk unfollow atau mute. Kurasi timeline media sosial kamu dengan konten yang membangun, mendidik, dan menginspirasi secara sehat. Sesekali, ambil waktu untuk detox digital, yaitu rehat dari media sosial, untuk kembali terhubung dengan diri sendiri dan realitas kehidupan nyata. Dengan mengalihkan fokus ke kehidupan nyata, kamu akan menemukan bahwa nilai diri tidak pernah ditentukan oleh tayangan di layar ponsel.

Perasaan insecure adalah hal yang wajar, terutama di era yang serba menampilkan diri seperti sekarang. Namun, setiap individu berhak untuk percaya pada dirinya sendiri. Jangan biarkan media sosial merenggut rasa syukur terhadap diri kamu. Bangun self-confidence dengan mengenal, menerima, dan mencintai diri seutuhnya. Ingatlah, kamu tidak perlu menjadi “lebih dari orang lain” untuk merasa cukup. Kamu hanya perlu menjadi diri sendiri—dengan versi terbaik yang terus bertumbuh.

(shl/wlm)


Ingin tahu informasi program dan event menarik lainnya dari AIESEC? Cek lebih lanjut tentang organisasi kepemimpinan internasional AIESEC di Indonesia melalui akun Instagram kami @aiesecindonesia.