Malang, 15 Juni 2025 — Hoy AIESEC! Kamu pasti pernah dengar kalimat seperti, “Masa cowok nangis, sih?” atau “Jadi laki-laki tuh harus kuat!”. Kalimat-kalimat ini mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Tapi tahu nggak guys, kalau stigma dan kebiasaan menahan emosi justru bisa berdampak buruk buat kesehatan mental dan fisik. Yuk, kita bedah lebih dalam!


Awal Mula Stigma Sosial

Di banyak budaya, termasuk di Indonesia, laki-laki sering kali dianggap harus tahan banting, tidak boleh terlihat lemah, apalagi nangis di depan orang. Menangis juga sering dikaitkan dengan kelemahan, sehingga tidak heran banyak laki-laki memilih untuk memendam emosi mereka rapat-rapat.

Air Mata Tidak Membuat Laki-Laki Menjadi Lemah (Sumber: Freepik.com)

Laki-laki Juga Punya Perasaan

Menahan tangis tidak membuat kita menjadi lebih kuat. Justru, mengekspresikan emosi, termasuk lewat tangisan, adalah cara alami dan sehat untuk meredakan stres serta memproses apa yang kita rasakan. Tangisan dapat membawa hormon stres keluar dari tubuh dan merangsang hormon kebahagiaan seperti oksitosin dan endorfin. Jadi, setelah kita menangis, tubuh kita bisa merasa lebih tenang dan ringan.

Maskulin Bukan Berarti Harus Kaku

Generasi saat ini sudah mulai terbuka dalam membicarakan kesehatan mental dan mulai mempertanyakan standar-standar lama tentang maskulinitas. Banyak dari kita sadar bahwa toxic masculinity, anggapan bahwa laki-laki harus selalu kuat, tidak boleh menangis, dan tidak boleh bercerita, justru menjauhkan laki-laki dari bantuan dan dukungan yang mereka butuhkan.

Data dari berbagai riset menunjukkan bahwa laki-laki lebih jarang mencari bantuan untuk masalah psikologis, padahal mereka juga rentan mengalami depresi, kecanduan, bahkan mengambil tindakan terlarang. Ini bukan karena mereka lemah, tapi karena mereka sering diajarkan untuk memendam emosi. 

Apa yang Terjadi Jika Kita Terus Menahan Tangis?

Ternyata, terlalu sering memendam emosi juga bisa memengaruhi kondisi fisik, lho. Studi menunjukkan bahwa orang yang terbiasa menekan perasaannya memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit seperti tekanan darah tinggi, gangguan jantung, bahkan sistem imun yang melemah. Orang yang kehilangan kemampuan atau kebiasaan untuk menangis juga bisa merasa lebih terisolasi, kurang empati, dan sulit merasa terhubung dengan orang lain.

Air Mata Tidak Membuat Laki-Laki Menjadi Lemah (Sumber: Freepik.com)

Ayo Ubah Cara Pandang Kita!

Menangis bukanlah tanda kelemahan, melainkan tanda bahwa kita adalah manusia. Laki-laki juga manusia yang memiliki emosi, luka, dan membutuhkan ruang untuk memproses itu semua. Mulai sekarang, mari kita biasakan untuk tidak menghakimi teman laki-laki yang menangis. Hindari mengatakan kalimat yang membentuk stigma bahwa laki-laki yang menangis itu feminin dan lemah.

Jadi, jika kamu sendiri merasa sedih dan ingin menangis, izinkan dirimu untuk jujur pada perasaan itu. Karena justru dengan jujur, kamu sedang belajar menjadi versi terbaik dari dirimu sendiri.

Bilamana kamu membutuhkan bantuan lebih lanjut, jangan ragu untuk bercerita kepada orang yang kamu percaya, seperti teman, keluarga, atau bahkan bantuan profesional. Tidak ada yang salah dengan mencari bantuan. Menjadi kuat itu bukan soal tidak pernah menangis, tetapi soal tahu kapan harus bertahan dan kapan harus beristirahat.

Jika kamu membutuhkan tempat yang bisa bantu kamu berkembang dan eksplor hal baru selama kuliah, AIESEC menjadi jawaban terbaik untukmu, seperti program pengembangan soft skills dan hard skills, kepemimpinan (leadership), dan karir internasional.

Cek dan follow Instagram @brawijayaleads supaya kamu nggak ketinggalan peluang untuk pengembangan dirimu ya!

(vlr/wlm)


Ingin tahu informasi program dan event menarik lainnya dari AIESEC? Cek lebih lanjut tentang organisasi kepemimpinan internasional AIESEC di Indonesia melalui akun Instagram kami @aiesecindonesia.