Jakarta, 29 Juni 2025 — Pernah gak sih kamu baca buku yang bikin mind-blown dan mikir ulang soal arti kebebasan atau keberanian berpikir? Atau, kamu penasaran kenapa ada buku yang sampai dilarang beredar di negeri sendiri saking “beraninya”? Kalau belum, wajib banget kenalan sama Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer.

Penulis legendaris ini bukan cuma jago merangkai kata, tapi juga simbol perlawanan, saksi sejarah, dan suara bagi mereka yang dibungkam. Bahkan, Bumi Manusia, salah satu masterpiece-nya, pernah dilarang beredar—bukan karena vulgar, tapi karena terlalu “berani” menyentil ketidakadilan yang terjadi di masa lalu.

Padahal, isi buku ini lebih dari sekadar kritik. Bumi Manusia adalah kisah tentang keberanian, cinta, pendidikan, dan kebebasan diri. Dan yang paling penting, pelajaran hidup di dalamnya masih relevan banget buat kita hari ini. Penasaran apa saja 3 pelajaran menarik yang bisa kamu serap dari novel ikonik ini? Yuk, baca lebih lanjut!


1. Terpelajar Bukan Hanya Soal IPK, Namun Juga…

“Seorang terpelajar harus juga berlaku adil sudah sejak dalam pikiran, apalagi dalam perbuatan.” — Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

Di Bumi Manusia, kita diajak masuk ke dalam pikiran Minke, seorang pribumi terpelajar yang sekolah di HBS (sekolah elite Belanda). Awalnya, dia mungkin cuma sibuk sama pelajaran. Tapi pelan-pelan, setelah melihat ketidakadilan yang menimpa orang-orang di sekitarnya, Minke mulai bergerak. Dia memilih menulis sebagai senjata.

Kenapa? Karena dia sadar belum punya kekuasaan untuk mengubah hukum, tapi dia punya pena untuk membela yang tak bersuara. Tindakannya sederhana, dia melawan melalui narasi.

Nah, apa pelajaran yang bisa kita ambil? Pendidikan sejati itu bukan cuma soal nilai di rapor, tapi saat kamu bisa berpikir jernih, memahami sudut pandang orang lain, dan gak takut berdiri untuk hal yang benar meski itu bikin kamu beda dari yang lain. Berani bersuara untuk keadilan, itulah esensi terpelajar.

Karakter Minke dalam Bumi Manusia (Sumber: pesona.co.id)

Karakter Minke dalam Bumi Manusia (Sumber: pesona.co.id)

2. Berdiri di Atas Kaki Sendiri

“Berbahagialah dia yang makan dari keringatnya sendiri bersuka karena usahanya sendiri dan maju karena pengalamannya sendiri.” ― Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

Kamu tahu gak? Quotes ini bukan cuma sekadar kalimat puitis, lho, tapi benar-benar hidup lewat tokoh Nyai Ontosoroh. Bayangin, jadi perempuan di masa kolonial, statusnya cuma “nyai” (yang bahkan dianggap gak punya hak hukum). Tapi justru dia yang paling stand out! Kok bisa? Karena dia gak nunggu dikasih jalan, dia bikin jalannya sendiri. Belajar bisnis dari nol, baca buku hukum, sampai bisa pimpin perusahaan sendiri. Semua dia lakoni karena kemauan dan kerja kerasnya yang luar biasa.

Di dunia yang serba instan kayak sekarang, kadang kita lupa kalau hal-hal paling berharga itu datang dari proses. Lewat Nyai Ontosoroh, kita belajar bahwa jadi “hebat” itu gak harus nunggu dikasih jalan, tapi justru berani bikin jalan sendiri. Bukan soal kita punya privilege atau tidak, tapi soal mau belajar, berproses, dan konsisten dalam jalan yang telah kita pilih.

Minke kehilangan Annelies (Sumber: tempo.com)
Potret Minke saat kehilangan Annelies (Sumber: tempo.com)

3. Belajar Menerima Bukan Berarti Menyerah

“Hidup dapat memberikan segala pada barang siapa tahu dan pandai menerima.” — Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

Kutipan ini bukan tentang pasrah gitu aja, ya. Ini soal bagaimana melihat hidup apa adanya tetapi terus berusaha, bukan berpasrah diri tanpa melakukan apa-apa. Dalam Bumi Manusia, tokoh-tokohnya gak tumbuh dalam situasi yang mereka inginkan. Nyai Ontosoroh harus menerima kenyataan bahwa ia dianggap sebelah mata cuma karena statusnya. Tapi dia gak berhenti di situ, dia belajar dan bisa membuktikan diri. Kadang kita memang gak bisa milih situasi hidup kita—kayak lahir dari mana, status keluarga, atau tantangan yang akan datang. Tapi kita bisa memilih bagaimana cara kita akan menanggapi semuanya.

Nah, dari kisah Bumi Manusia, kita diajarkan bahwa perubahan butuh keberanian. Kita bisa lihat kalau perubahan gak datang hanya dengan duduk diam menunggu kesempatan. Minke dan Nyai Ontosoroh bukan tokoh sempurna, tapi mereka berani belajar dan berkembang. Nah, kamu juga bisa melangkah seperti mereka dengan mulai menjadi bagian dari gerakan yang punya makna. Yuk, kita berkembang bersama lewat program-program dari AIESEC in Trisakti!

Tertarik dengan berbagai informasi dan program seputar pengembangan diri? Ikuti terus informasi terbaru melalui akun Instagram kami di @reformleader.trisakti

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.” Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia

(lkn/wlm)


Ingin tahu informasi program dan event menarik lainnya dari AIESEC? Cek lebih lanjut tentang organisasi kepemimpinan internasional AIESEC di Indonesia melalui akun Instagram kami @aiesecindonesia.