Palembang, 05 September 2025AIESEC in Universitas Sriwijaya dengan bangga mempersembahkan Global Village Summer Peak 2025, sebuah festival budaya internasional yang berkolaborasi dengan International Education Fair Palembang Indah Mall. Acara ini berlangsung meriah pada Rabu, 20 Agustus 2025, di Main Atrium Palembang Indah Mall pukul 14.00 hingga 20.00 WIB, dihadiri lebih dari 105 peserta dari berbagai kalangan, mulai dari mahasiswa, pelajar, hingga masyarakat umum yang antusias menyaksikan perayaan lintas budaya ini. Sebanyak 6 Exchange Participants (EPs) dari Kamboja, Singapura, Sri Lanka, dan Nepal hadir untuk membawakan pertunjukan seni, pameran budaya, hingga interaksi langsung bersama peserta. Dengan mengangkat tema Crossing Musi, Connecting Cultures: Embracing Diversity, and Creating Harmony Across Borders, acara ini menghadirkan pengalaman tak terlupakan bagi para peserta. Lebih dari sekadar festival, Global Village menjadi ruang di mana budaya bertemu dan harmoni diciptakan melalui interaksi yang penuh makna. 


Perayaan Budaya dari Lokal hingga Internasional

Rangkaian acara diawali dengan penampilan Tari Tanggai yang dibawakan oleh Komunitas Seni Ambara. Tari Tanggai, sebagai salah satu tarian sakral khas Palembang, menyuguhkan simbol penyambutan penuh kehangatan kepada para tamu dan peserta yang hadir. Gerakan anggun para penari dengan jari-jemari yang dihiasi tanggai melambangkan doa dan rasa syukur, seakan menjadi ucapan selamat datang yang tulus. Irama musik tradisional yang mengiringi tarian ini menambah khidmat suasana, menghadirkan perpaduan antara kemegahan budaya lokal dan semangat kebersamaan global. Sebagai pembuka, Tari Tanggai tidak hanya memukau secara visual, tetapi juga menegaskan pesan bahwa Global Village adalah ruang untuk menghormati dan merayakan budaya, baik lokal maupun internasional.

Setelah pembukaan, para Exchange Participants memasuki panggung dalam sesi parade budaya internasional. Mereka tampil mengenakan pakaian tradisional khas negara masing-masing yang sarat makna sejarah dan identitas. Dari keanggunan busana nasional Singapura, warna-warni kostum Sri Lanka, keunikan kain khas Kamboja, hingga keindahan pakaian tradisional Nepal, semuanya menampilkan kekayaan budaya yang mempesona. Tidak hanya berparade, para EPs juga memperkenalkan diri dalam Bahasa Palembang, sehingga penonton merasa lebih dekat dan terhubung. Sorakan meriah dari peserta mengiringi parade ini, menandakan semangat dan rasa ingin tahu yang besar terhadap budaya dunia.

Selain menghadirkan warna budaya internasional, Global Village juga memberikan ruang bagi seni dan budaya lokal untuk tampil dan diapresiasi. Kehadiran penampilan dari pelajar daerah dan kelompok seni lokal menambah kekayaan acara, sekaligus menunjukkan bahwa keberagaman budaya dunia dapat berpadu indah dengan warisan budaya Indonesia. Salah satu penampilan yang memukau datang dari siswa-siswi SMA Negeri Sumatera Selatan dengan Tari Zapin. Tarian tradisional yang berakar dari budaya Melayu ini ditampilkan dengan gerakan yang anggun namun penuh semangat. Dengan koreografi yang rapi dan kompak, para pelajar menunjukkan bahwa generasi muda tidak hanya mampu mengapresiasi budaya, tetapi juga ikut serta melestarikannya. Peserta yang hadir dibuat terpukau, banyak yang mengabadikan momen ini melalui ponsel mereka, menandakan betapa tarian ini berhasil menyentuh hati penonton.

Selain Tari Zapin, kelompok Seni Ambara turut menghadirkan pertunjukan musik dan tari kreasi. Penampilan ini memadukan elemen tradisional dengan sentuhan modern, menghasilkan sajian artistik yang dinamis dan penuh energi. Melalui musik, nyanyian, dan gerakan tari, Seni Ambara berhasil menunjukkan bahwa seni adalah bahasa universal yang dapat menjembatani berbagai latar belakang. Pertunjukan mereka tidak hanya menghibur, tetapi juga menyampaikan pesan bahwa budaya adalah sesuatu yang hidup dan berkembang. Dengan interpretasi yang kreatif, Seni Ambara memperlihatkan bahwa tradisi dan modernitas dapat berpadu, menciptakan karya yang mampu dinikmati lintas generasi dan lintas bangsa. 

Tari Tanggai sebagai Tarian Pembuka (Sumber: Data Internal AIESEC)

Interaksi dan Pameran Budaya Dunia

Keunikan Global Village terasa semakin nyata ketika para peserta pertukaran membuka stan budaya internasional. Setiap stan dihiasi papan informasi, benda khas, serta simbol-simbol budaya dari Kamboja, Singapura, Sri Lanka, dan Nepal. Peserta diajak tidak hanya melihat, tetapi juga mendengar langsung cerita di balik setiap artefak. Dari sejarah panjang, kebiasaan sehari-hari, hingga nilai-nilai yang dijunjung tinggi, pengalaman ini memberi kesempatan untuk memahami dunia dari perspektif yang berbeda.

Pameran Budaya Internasional (Sumber: Data Internal AIESEC)

Puncak Pertunjukan Seni Internasional

Puncak acara diwarnai oleh pertunjukan seni internasional dari para peserta pertukaran. Sri Lanka menampilkan duet musik yang syahdu, Singapura menyuguhkan kisah sejarah melalui storytelling, Kamboja menghadirkan nyanyian solo yang menyentuh hati, dan Nepal menutup dengan tarian tradisional penuh energi. Penampilan-penampilan ini membuktikan bahwa seni adalah bahasa universal yang mampu menyatukan perbedaan, membawa suasana haru sekaligus kegembiraan.

Pertunjukan Seni Internasional (Sumber: Data Internal AIESEC)

Global Village Summer Peak 2025 berhasil menjadi ruang dimana perbedaan tidak lagi menjadi jarak, melainkan jembatan yang menyatukan. Melalui tarian, musik, cerita, dan percakapan, acara ini mengingatkan bahwa keberagaman adalah kekuatan, dan harmoni dapat tercipta ketika kita saling memahami. AIESEC in Universitas Sriwijaya berharap semangat yang lahir dari festival ini tidak berhenti di sini, tetapi terus berlanjut dalam kehidupan sehari-hari. Karena dunia yang damai dan penuh persatuan hanya dapat tercapai ketika setiap individu berani membuka hati, merangkul perbedaan, dan bersama menciptakan masa depan yang lebih baik.


Ingin tahu informasi program dan event menarik lainnya dari AIESEC? Cek lebih lanjut tentang organisasi kepemimpinan internasional AIESEC di Indonesia melalui akun Instagram kami @aiesecindonesia.