Bandung, 26 Mei 2025 — Pernahkah kamu buka media sosial cuma buat lihat notifikasi, tapi tiba-tiba udah 5 jam scrolling dan yang kamu lihat malah berita-berita negatif, drama internet, dan komentar jelek? Kalau iya, mungkin kamu lagi kena yang namanya Doomscrolling. Fenomena ini udah jadi bagian dari keseharian banyak orang, kalau dibiarkan terus-menerus, bisa bikin otak kita burn out alias brain rot. Yuk atasi segera!
Apa itu Doomscrolling?
Secara sederhana, Doomscrolling adalah kebiasaan menggulir konten negatif secara terus-menerus yang dapat menyebabkan kecemasan, rasa takut, atau sedih— seperti berita buruk, konflik, tragedi, sampai konspirasi. Istilah ini mulai populer sejak pandemi COVID-19, ketika banyak orang merasa terjebak dalam siklus informasi yang bikin stres, tapi tetap nggak bisa berhenti baca.
Berbeda dari scrolling biasa, Doomscrolling terjadi ketika kita mengetahui konten yang ditonton bersifat buruk dan tidak nyaman, tetapi tetap melihatnya hingga selesai. Ada dorongan psikologis untuk mencari tahu “seberapa buruk sih keadaan sekarang?”, padahal itu malah merusak suasana hati.
Fenomena Doomscrolling di Era Medsos
Seiring berkembangnya teknologi, media sosial hari ini bukan cuma tempat berbagi foto dan cerita, melainkan juga mesin penyebar informasi—baik maupun buruk. Sayangnya, algoritma medsos sering mengutamakan konten yang memancing emosi, karena itulah yang bikin orang betah lama-lama.
Akibatnya, kita jadi gampang “tenggelam” dalam timeline yang isinya berita perang, konflik politik, gosip artis, sampai video viral yang bikin emosi naik turun. Lebih parahnya lagi, kita kadang merasa FOMO (Fear Of Missing Out) alias takut ketinggalan informasi, padahal informasi itu belum tentu berdampak langsung ke hidup kita.
Dampak Doomscrolling terhadap Kesehatan Mental
Doomscrolling bisa punya dampak serius kalau dibiarkan. Berikut ini beberapa dampak negatifnya:
- Meningkatkan kecemasan dan stres.
- Menurunkan produktivitas dan fokus.
- Mengganggu kualitas tidur.
- Bikin kita jadi sinis, skeptis, bahkan apatis.
Lama-kelamaan, otak kita bisa mengalami “brain rot”—istilah gaul yang menggambarkan kondisi saat otak terasa lelah, kosong, atau numb akibat konsumsi informasi negatif yang terus-menerus.
Cara Mengatasi Doomscrolling
Kabar baiknya, Doomscrolling bukan kutukan yang nggak bisa dilawan. Ada beberapa cara simpel untuk mulai mengurangi intensitas Doomscrolling atau bahkan menghilangkannya, yaitu:
- Sadari kebiasaanmu. Coba cek waktu screen time kamu. Banyak orang kaget saat tahu mereka habiskan 10–12 jam per hari di medsos.
- Buat jadwal khusus untuk buka medsos.
- Bersihkan timeline. Unfollow atau mute akun-akun yang bikin stres.
- Lakukan digital detox. Sekali-kali puasa medsos sehari dua hari. Otak kamu butuh istirahat juga.
- Bangun kebiasaan sehat lewat kegiatan offline. Baca buku, olahraga, ngobrol langsung sama orang sekitar, atau journaling.
Jangan Sampai Brain Rot
Di era informasi yang nggak ada habisnya, menjaga kesehatan mental adalah bentuk self-care yang paling penting. Doomscrolling memang menggoda, apalagi saat dunia terasa nggak baik-baik saja.
Namun demikian, bukan semua hal harus kita konsumsi, apalagi kalau itu bikin kita makin tertekan.
Kita nggak harus jadi orang yang paling update setiap detik. Kadang, ada saat di mana yang kita butuhkan bukan berita terbaru, tapi napas panjang dan waktu tenang untuk berpikir jernih.
At times, stepping away is the only way to return to what truly matters.
(woa/wlm)
Ingin tahu informasi program dan event menarik lainnya dari AIESEC? Cek lebih lanjut tentang organisasi kepemimpinan internasional AIESEC di Indonesia melalui akun Instagram kami @aiesecindonesia.